Lima Cara untuk Beralih dari Overthinking menjadi Berpikir Produktif

Oleh tim profesional kesehatan mental di ThoughtFull | Mei 25, 2022 | waktu baca 3 mnt
Woman_laying_down_on_rug_with_mobile_listening_to_music_(1).jpg

Jika kamu adalah orang yang teliti, analitis, dan perhatian, kemungkinan besar kamu menghabiskan banyak waktu untuk berpikir secara mendalam.

Namun, kamu mungkin juga mengalami overthinking. Artinya, kamu membuang-buang ide di kepala kamu, dan menyerah pada pemikiran yang tidak sehat jika kamu tidak berhati-hati. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa 73% orang dewasa seringkali overthinking(1). Jadi, kamu tidak sendiri!

Jangan khawatir, menjadi pemikir yang mendalam adalah kekuatan super jika kamu tahu cara bermain dengan kekuatan kamu. Kuncinya adalah mengidentifikasi perbedaan antara overthinking dan berpikir produktif. Dengan menyadarinya, kita dapat mencegah pola pikir yang sulit beradaptasi dengan lebih baik dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang lebih baik.

Terlalu banyak berpikir vs Berpikir Mendalam

Relaxing_at_a_camp_in_a_park.jpg

Mampu berpikir dan menganalisa itulah yang membuat kita manusia unggul atas makhluk lainnya. Tapi bagaimana kita menarik garis antara pemikiran adaptif vs sulit beradaptasi?

Ada dua perbedaan utama antara berpikir berlebihan dan berpikir produktif. Pertama, cara proses berpikir kamu memengaruhi perasaan kamu. Kedua, itu adalah hasil dari proses berpikir kamu.

Gunakan dua pertanyaan ini untuk membantu kamu mengidentifikasi apakah kamu terlalu banyak berpikir atau berpikir secara produktif:

1) Apa yang saya rasakan?

Berada dalam pemikiran yang dalam dan produktif terasa menenangkan dan produktif. Kamu dengan nyaman ingin tahu dan bahkan mungkin bersemangat tentang apa yang kamu pikirkan.

Sebaliknya, terlalu banyak berpikir membuat kamu merasa cemas dan takut. Perjuangan kamu untuk mengumpulkan banyak pemikiran membuat kamu merasa panik.

2) Apa hasilnya?

Ketika kamu berpikir secara produktif, kamu dengan hati-hati mempertimbangkan pilihanmu. Perhatikan bahwa kamu membuat keputusan ke arah yang tepat.

Namun, saat kamu berada dalam putaran pemikiran yang berlebih, kamu terjebak dalam rangkaian pemikiran yang berulang. Biasanya tidak ada hasil yang produktif karena kamu terobsesi dengan hasil yang sempurna tetapi tampaknya sulit diraih.

Mengubah Overthinking menjadi Pemikiran yang Produktif

Husband_and_wife_coming_back_home.jpg

Overthinking menjebak kita menjadi pribadi dengan mental yang buruk bahkan rasanya seperti menenggelamkan dan mencekik diri sendiri. Ada sedikit ruang untuk memikirkan hal lain selain kekhawatiran kamu saat ini. Namun, kita dapat melepaskan diri dari lingkaran ini dan menciptakan ruang untuk pikiran yang lebih sehat dan produktif.

1) Memahami Ruang Diri

Mampu menerima diri sendiri saat kamu overthinking adalah bagian pertama dari teka-teki. Sekarang, setelah kamu mengetahui perbedaan antara overthinking dan berpikir produktif, kamu dapat mengidentifikasi kapan kamu terjebak dalam lingkaran yang salah.

Selain itu, jangan menyalahkan diri sendiri saat memperhatikan siklus kekhawatiranmu yang tidak terkontrol. Terimalah bahwa overthinking terjadi, dan tidak semua pikiran yang mengkhawatirkan itu benar. Hanya dengan melepaskan kekhawatiran ini, kamu bisa memulihkan kekuatanmu untuk beralih ke cara berpikir yang lebih produktif.

2) Tuliskan pikiran kamu dengan bebas

Keluarkan semua pikiran tidak produktif itu dengan menuliskannya di atas kertas.

Lebih tepatnya, cobalah teknik penjurnalan yang disebut free-writing(2). Di sinilah kamu mengatur waktu dan menjelaskan hal-hal yang saat ini menyebabkan kesulitan bagi kamu. Tidak terbatas pada apa yang sedang kamu alami yang menyebabkan stres, tetapi juga kekhawatiran yang kamu miliki tentang apa yang akan terjadi di masa depan.

3) Reconnect dengan tubuhmu

Bagi kita yang menikmati hidup terutama di pikiran kita, terkadang kita lupa untuk memperhatikan kebutuhan fisik kita. Oleh karena itu, melakukan beberapa olahraga dapat membantu pikiran kita mengenali tubuh kita. Terlebih lagi, latihan fisik dapat mengatur hormon stres kita, yang memungkinkan kita untuk mengatasi overthinking dengan lebih mudah.

Sebagai manfaat tambahan, lakukan gerakan fisikmu di luar ruangan! Penelitian menunjukkan bahwa berjalan kaki selama 90 menit di lingkungan yang dipenuhi alam dapat mengurangi kecenderungan seseorang dalam kekhawatiran(3). Ini menunjukkan bahwa dengan memusatkan perhatian pada tubuh dan lingkungan kita, kita dapat mengurangi pikiran negatif.

4) Pelatihan secara perhatian

Pelatihan yang memusatkan perhatian pada dirimu adalah teknik meditasi yang dapat bermanfaat bagi para overthinking kronis(4). Dua komponen dari teknik ini adalah pemusatan tugas duniawi dan meditasi. Praktik-praktik ini dimaksudkan untuk memisahkan diri kamu dari pikiran yang mengganggu dan tidak terlalu terpengaruh oleh pikiran negatif.

Fokus pada tugas yang ada, tujuannya adalah untuk berlatih mempertahankan perhatian kamu secara bertahap pada aktivitas sehari-hari seperti mencuci pakaian atau mencuci piring. Dengan meditasi, kamu dapat berlatih memperhatikan pernapasan kamu. Perhatikan ketika kamu sedang overthinking lalu arahkan kembali ke pemikiran situasi saat ini.

5) Melatih ulang dan membingkai ulang

Sekarang setelah kita belajar untuk menerima, membersihkan, dan melepaskan diri dari pola pikir negatif, saatnya untuk mengembangkan cara berpikir yang lebih adaptif.

Setelah otak kamu "beristirahat", bagian otak yang terkait dengan pemecahan masalah dan pemikiran referensi diri akan mulai aktif(5). Menurut psikolog kesehatan klinis Natalie Dattilo, otak akan mulai berpikir berlebihan lagi jika dibiarkan sendiri. Ini berarti kita perlu secara sengaja melatih pikiran kita untuk melakukannya lagi dan lagi. Alih-alih mengulangi cerita menakutkan yang sama di benak kita berulang kali, secara sadar fokuslah pada hasil realistis yang dapat kamu lakukan.

Ringkasan

Masing-masing dari kita hidup dengan monolog mental dan pikiran kita sendiri yang bising. Terkadang mereka sangat membantu, dan di lain waktu hanya bising negatif. Untungnya, kita dapat melatih pikiran kita untuk terlibat dalam pemikiran yang lebih produktif melalui kewaspadaan, peduli, dan kesadaran yang lebih besar. Teknik ini bukanlah hal yang cepat untuk diperbaiki. Namun dengan latihan, kita dapat memanfaatkan kekuatan berpikir mendalam untuk memecahkan dan berinovasi sebagai hadiah yang sesungguhnya!

FWD Insurance dan ThoughtFull hadir untuk membantumu!

Kamu mencari bantuan profesional untuk kesehatan mental-mu? Manfaatkan fasilitas tanpa biaya selama 1 bulan* di ThoughtFullChat (disediakan oleh FWD Insurance), yang meliputi:

  • (Contoh: mood trackers, journaling, emotional health assessments, dll)
  • Paket evidence-based learning
  • Bimbingan dengan profesional kesehatan mental selama 1 bulan

Dapatkan uji coba ThoughtFullChat tanpa biaya selama 1 bulan di sini.

*Selama kuota tersedia. Informasi selengkapnya dapat dilihat di www.fwd.co.id/id/mindstrength#guidance-session

Catatan Kaki:

  1. Most women think too much, overthinkers often drink too much - UM News Service
  2. Complementary and Alternative Therapies in Nursing
  3. Nature experience reduces rumination and subgenual prefrontal cortex activation - PMC
  4. The attention training technique causally reduces self-focus following worry provocation and reduces cognitive anxiety among self-focused individuals
  5. Frontiers | Self-Referential Processing, Rumination, and Cortical Midline Structures in Major Depression | Human Neuroscience
Share