Kesehatan

5 Penyakit Umum saat Libur Lebaran dan Cara Mencegahnya

13 Maret 2025
FWD Insurance

Wah, nggak terasa sebentar lagi kita bakal menyambut libur Lebaran. Akhirnya, hari yang dinanti di mana kamu dan keluarga yang hanya bisa berkumpul pada momen spesial ini tiba juga. Yap, libur Lebaran yang cukup panjang memang sering dijadikan sebagai momen silaturahmi, tidak hanya bagi masyarakat yang beragama Islam saja, melainkan juga masyarakat yang beragama lainnya.

Namun, sayangnya momen spesial ini sering terganggu ketika ada anggota keluarga yang sakit. Apalagi, jika penyakit yang diderita sampai membutuhkan perawatan intensif, tentunya akan membuat keluarga lainnya menjadi khawatir, bukan?

Beruntunglah jika kamu sudah dilindungi FWD Hospital Care dari FWD Insurance Indonesia, yaitu produk asuransi kesehatan yang akan memberikan pertanggungan biaya ketika kamu sakit dan membutuhkan rawat inap. Tidak hanya menanggung rawat inap, tetapi juga berbagai tindakan medis lain yang dibutuhkan selama proses perawatan, seperti tindakan bedah maupun pemeriksaan laboratorium.

Baca Juga: Bagaimana klaim penyakit kritis? Perhatikan cara pengajuannya

Selain itu, asuransi kesehatan FWD Hospital Care juga bisa kamu gunakan di mana saja, termasuk di luar negeri sesuai dengan plan asuransi yang kamu ambil. Jadi, meskipun kamu memanfaatkan libur Lebaran untuk wisata maupun mengunjungi keluarga yang berada di luar negeri sekali pun, kamu nggak perlu khawatir dengan biaya pengobatan saat kamu sakit.

5 Penyakit Umum saat Libur Lebaran

Sebenarnya semua jenis penyakit bisa saja terjadi saat libur Lebaran maupun setelahnya. Namun, ada beberapa jenis penyakit yang umum menyerang saat libur Lebaran, di antaranya:

Penyakit Pencernaan

Penyakit pencernaan adalah berbagai jenis penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem pencernaan. Beberapa penyakit pencernaan yang umum dialami saat libur lebaran, yaitu:

1.Diare

Diare adalah kondisi ketika buang air besar menjadi lebih encer atau bahkan cair. Umumnya terjadi akibat mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Diare sebenarnya bukan penyakit yang membutuhkan penanganan serius karena dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, dalam kondisi tertentu, diare bisa menyebabkan komplikasi yang lebih berat, sehingga membutuhkan penanganan yang lebih serius.

Beberapa gejala yang menandakan diare membutuhkan penanganan serius, antara lain:

  • Buang air besar yang disertai nanah atau darah
  • Disertai dengan muntah yang hebat
  • Perut dan dubur terasa sakit saat buang air besar
  • Mengalami dehidrasi
  • Demam dengan suhu lebih dari 39°C

Baca Juga: Stop Makan Nasi? Cek Alternatif Lezat Ini!

2.Penyakit Asam Lambung

Penyakit asam lambung atau yang dikenal juga dengan GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah penyakit yang terjadi saat otot LES (Lower Esophageal Sphincter) melemah. Otot LES sendiri adalah otot yang berfungsi sebagai katup otomatis untuk mencegah naiknya asam lambung ke kerongkongan. Saat otot ini melemah, maka asam lambung akan naik ke atas dan mengiritasi kerongkongan.

GERD bisa menyebabkan peradangan pada area kerongkongan dan menimbulkan sensasi panas dan sakit. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, maka peradangan akan semakin parah. Bahkan, bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker esofagus.

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi di mana tekanan darah berada pada angka 130/80 mmHg atau lebih. Hipertensi bisa terjadi pada siapa saja dan salah satu faktor yang menyebabkannya adalah makanan yang dikonsumsi. Beberapa contoh makanan yang dapat meningkatkan potensi seseorang terkena hipertensi adalah makanan dengan kadar lemak trans yang tinggi, seperti santan.

Hipertensi yang tidak terkendali bisa menyebabkan berbagai komplikasi berbahaya, seperti meningkatnya risiko penyakit jantung atau stroke. Itulah mengapa, membatasi konsumsi makanan berlemak sangat disarankan, khususnya bagi kamu yang sudah memiliki riwayat penyakit hipertensi.

Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah mencapai lebih dari 140 mg/dL. Glukosa adalah sumber energi utama dalam tubuh, sehingga mengonsumsi makanan yang mengandung gula tidak dilarang. Namun, ketika jumlah yang dikonsumsi berlebih, maka hormon insulin yang bertugas untuk mengubah glukosa menjadi energi tidak mampu menjalankan tugasnya secara normal, sehingga penyerapan gula menjadi terganggu dan akhirnya muncul hiperglikemia.

Hiperglikemia berbeda dengan diabetes, karena hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula melebihi batas normal. Sementara diabetes adalah penyakit yang muncul akibat terjadinya hiperglikemia. Jadi, sebelum hiperglikemia berkembang menjadi diabetes, ada baiknya jika kondisi ini segera ditangani secara tepat.

Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah kondisi ketika kolesterol jahat dalam tubuh berada dalam jumlah yang tinggi. Kolesterol sendiri sebenarnya dibutuhkan dalam tubuh dalam pembentukan sel dan juga hormon. Selain itu, keberadaan kolesterol baik atau HDL (High Density Lipoprotein) juga berperan dalam mencegah penyempitan pembuluh darah akibat lemak.

Sayangnya, ketika jumlah kolesterol jahat atau LDL (Low Density Lipoprotein) yang tinggi dalam darah, justru dampaknya bisa sebaliknya, yaitu menyebabkan penumpukan plak pada pembuluh darah. Hiperkolesterolemia yang tidak segera tertangani dengan baik dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung maupun stroke.

Baca Juga: Makanan-Makanan yang Baik untuk Kesehatan Jantung

Asam Urat

Asam urat adalah kondisi di mana terjadi penumpukan monosodium urate di area sendi sehingga menimbulkan rasa sakit. Beberapa gejala yang dirasakan oleh penderita asam urat, yaitu:

  • Muncul rasa nyeri pada jempol kaki
  • Nyeri pada siku, lutut, dan pergelangan tangan serta kaki
  • Rasa sakit dan nyeri muncul pada malam hari atau bisa datang secara tiba-tiba

Sayangnya, beberapa gejala tersebut biasanya baru muncul setelah kondisi asam urat cukup serius. Sementara ketika asam urat baru pada kondisi awal, biasanya belum menunjukkan gejala apa pun. Jadi, bagi kamu yang sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit asam urat, harus sangat waspada saat libur Lebaran, ya.

Mencegah Sakit saat Libur Lebaran

Bisakah sakit saat libur Lebaran dicegah? Mungkin tidak bisa 100% pasti mencegahnya, tetapi kamu bisa mengurangi risikonya dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Minum air putih dalam jumlah yang cukup
  • Pastikan makanan yang kamu konsumsi tidak terkontaminasi
  • Batasi konsumsi makanan tinggi gula dan tinggi lemak
  • Tetap penuhi kebutuhan serat dengan mengonsumsi sayur dan buah
  • Jaga imunitas tubuh dengan cukupi waktu istirahat malam hari

Namun, jika sudah melakukan beberapa cara di atas kamu tetap merasakan adanya gejala kurang sehat, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Jadi, kamu bisa langsung mendapatkan penanganan yang tepat.

Sumber:

Tertartik dengan produk FWD Hospital Care Protection?